Pengaruh Motivasi Terhadap Proses Belajar
Oleh
kelompok 5 : Suci Pratiwi 161301020
Nur Aliya
1613025
Fanny Sofy
Ariski 1613028
Septiana G
Naibaho 161301036
Melsy Yuniar
Silalahi 161301042
Devi Novia
Sari 161301057
Agung Muh
161301072
Kata Pengantar
Puji
Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya.
Yang mana dengan karuniaNya lah kami dapat menyelasaikan tugas laporan
observasi yang bertemakan “Motivasi”
Terimakasih
juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan karena
telah memberikan tugas sehingga kami dapat pengetahuan dan pengalaman serta
membentuk kami menjadi sebuah kelompok
yang kompak dan menikmati kebersamaan kami
Adapun
laporan observasi ini kami susun guna untuk menampilkan hasil pengamatan kami
dan guna memenuhi persyaratan nilai tugas dalam mata kuliah Psikologi
Pendidikan di Fakultas Psikologi Sumatera Utara.
Kami
selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam hal sistem
penyusunan maupun hasil observasinya. Oleh sebab itu kami sangat senang jika
ada yang mengkritik dan memberikan kami saran yang dapat membangun guna
mengembangkan pengetahuan kami dan kami lebih baik lagi dalam laporan observasi
yang berikutnya
Tim Penyusun
Kelompok
5
Bab I :
PENDAHULUAN
Topik : Peran Motivasi pada Kegiatan Belajar Mengajar
Identitas Sekolah
Nama
Sekolah : SMA N 15 Medan
Alamat
Sekolah : Jalan Sekolah
Pembangunan No.7, Sunggal, Medan Selayang
Uraian Aktivitas Observasi
Jadwal
Observasi : Jumat 31 Maret 2017
Waktu
Observasi : 09.00 WIB -11.30 WIB
Objek
Observasi : Seluruh Siswa kelas
10 IPA 2 SMA Negeri 15 Medan
Hari
Pelaksanaan : Jumat
Waktu
Pelaksanaan : 31 Maret 2017
Pelaksanaan
No.
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1.
|
Diskusi perencanaan kegiatan dan metode yang digunakan
|
13 Maret 2017
|
2.
|
Minta izin ke SMA 15 Medan
|
15 Maret 2017
|
3.
|
Permohonan surat izin observasi dari fakultas
|
16 Maret 2017
|
4.
|
Pengambilan surat izin yang sudah di sahkan fakultas
|
20 Maret 2017
|
5.
|
Pengajuan Surat ke SMA 15 Medan
|
22 Maret 2017
|
6.
|
Ke sekolah lagi mencari dan meminta izin pada guru yang
mengajar dikelas yang hendak diobservasi
|
29 Maret 2017
|
7.
|
Observasi
|
31 Maret 2017
|
8.
|
Evaluasi hasil observasi masing-masing anggota
|
31 Maret 2017
|
9.
|
Perencanaan penyusunan laporan observasi
|
6 April 2017
|
Observasi
dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017 di sekolah SMA 15 Medan. Masing-masing
dari anggota kelompok berangkat dari kampus bersama-sama menuju SMA 15 Medan
pada pukul tengah delapan pagi dan sampai pada pukul delapan pagi. Kelompok
melakukan briefing terlebih dahulu apa-apa saja yang akan diobservasi,
bagaimana pembagian tugas serta pertanyaan seperti apa saja yang akan
dilemparkan pada siswa-siswa tersebut. Kelompok mengambil jam pelajaran ke 2
pukul 9 pada mata pelajaran Ekonomi dan mengambil jam pelajaran selanjutnya
pada mata pelajaran KIMIA hingga pulang sekolah. Kemudian dua anggota kelompok
menemui guru yang akan masuk pada kelas untuk berkoordinasi masalah waktu yang
akan kelompok gunakan nantinya.
Setelah
itu, kelompok bersama dengan guru masuk ke kelas X IPA 2 yang menjadi kelas
untuk bahan observasi. Pertama, kelompok memperkenalkan diri dan memaparkan
tujuan kedatangan. Setelah itu kelompok mengambil tempat paling belakang untuk
melihat secara menyeluruh proses belajar-mengajar. Dua anggota bertugas sebagai
dokumentasi, 1 sebagai perekam video dan satu lagi dokumentasi foto, namun kami
juga meletakkan video disudut ruangan untuk menyorot bagian sisi lain kelas.
Setelah berakhirnya kelas, kelompok mengambil waktu memberikan beberapa
pertanyaan yang mengacu pada poin yang diobservasi.
Observasi
dilanjutkan pada jam pelajaran ke 3 dan 4
mata pelajaran Kimia, namun diselingi jam istirahat 15 menit. Sebelum
masuk kelompok kembali menemui guru Kimia tersebut untuk minta izin mengambil
waktu 1 les agar kelompok bisa melakukan observasi dengan melemparkan beberapa
pertanyaan lagi, dan guru tersebut menyetujuinya. Ketika bel masuk berbunyi,
kami bergegas masuk ke kelas yang sama bersama Ibu guru dan memulai sesi
tanya-jawab. Pada les kedua kami mengakhirinya dan menyerahkan proses belajar
pada Ibu guru, dan kami kembali mengambil tempat dibelakang untuk melanjutkan
observasi.
Bel
tanda kelas usai pun berbunyi dan observasi berakhir, kelompok pun mengucapkan
terimakasih pada teman-teman X IPA 2 dan tentunya juga pada Ibu guru yang
mengajar. Sebelum kelas bubar, kelompok meminta waktu sedikit untuk melakukan
sesi dokumentasi berupa foto bersama guru dan siswa. Setelah itu, kelompok
bergegas ke ruang Humas untuk mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang
diberikan untuk melakukan observasi. Setelah kegiatan selesai, kelompok kembali
ke kampus untuk musyawarah bagaimana penyusunan makalah yang akan dilakukan.
Sehabis musyawarah masing-masing anggota kembali ke rumah masing-masing.
Latar Belakang
Sekolah
mempunyai peran penting sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan potensi
potensi siswa, agar mampu menjalani tugas dalam kehidupan baik secara
individual maupun sosial. Sekolah sebagai suatu organisasi kerja yang terdiri
dari beberapa kelas.
Didalam
kelas pasti ada proses belajar mengajar yang terjadi. Di dalam proses belajar
dan mengajar ini juga pasti akan ada terjadinya interaksi guru dengan murid.
Adanya interaksi guru dan murid akan membuat kelas lebih aktif. Dan dalam proses
belajar mengajar, banyak faktor
yang memengaruhinya salah satunya “motivasi”. Motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah dan tahan lama.
Di
dalam kegiatan belajar mengajar, perananan motivasi sangat diperlukan. Dengan
motivasi pelajar dapat mengembangkan aktivitas inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar. Dengan adanya ketekunan dalam
kegiatan belajar, siswa akan menghasilkan prestasi akademik yang baik. Karena dengan
adanya motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Sehingga bisa jadi siswa yang memiliki inteligensi yang
tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan
optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Dan bila siswa mengalami kegagalan
dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan siswa, tetapi bisa saja
si guru karena guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siswa.
Motivasi
yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan, dan semangat yang
tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat belajar mempunyai
mempunyai hubungan yang erat.
Motivasi
sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam
proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu pula hasil belajar siswa dapat
di wujudkan dengan baik. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi
yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajar. Tingginya motivasi
dalam belajar berhubungan dengan prestasi belajar.
Tujuan
Observasi
Untuk
mengetahui Orientasi Belajar,Motivasi, Pendidikan Multikultural, dan Manajemen
Kelas.
Bab II:
LANDASAN TEORI
Orientasi Belajar
·
Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Pada pendekatan ini, perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran pada murid.Terdapat tiga alat umum di sekolah yang
berguna dalam perencanaan teacher-centered,
(i) menciptakansasaran behavioral
(perilaku), (ii) menganalisis tugas,
(iii) dan menyusun taksonomi (klasifikasi)
instruksional.
(i)
MenciptakanSasaran
Behavioral.
Sasaran
behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang
diharapkan oleh
guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert
Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik.
(ii)
MenganalisisTugas.
Menganalisis tugas difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang
dipelajari murid menjad ikomponen-komponen
(Albert & Troutman, 1999).
(iii)
MenyusunTaksonomiInstruksional.
Taksonomi adalah system klasifikasi. Taksonomi Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan kawan-kawannya (1956).Taksonomi ini
mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain : kognitif, afektif,
dan psikomotor.
·
Perencanaan Pelajaran Learner-Centered
Learner-Centered adalah instruksi dan perencanaan kelas yang menekankan pembelajaran dan
pelajar yang aktif dan reflektif. Dalam sebuah studi, persepsi murid terhadap
lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru
merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid.
(McCombs, 2001 ; McCombs & Quiat, 2001)
Dalam prinsip pembelajaran
learner-centered muridlah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran
dikelas. Guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan murid,
selebihnya murid yang melakukan pembelajaran sendiri, memahami dan menemukan
pengetahuan secara mandiri. Prinsip learner-centered berisi faktor kognitif dan
meta kognitif (sifat dari proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, konstruksi
pengetahuan, pemikiran strategis, pemikiran tentang pemikiran dan konteks
pembelajaran) mendorong guru untuk membantu murid secara aktif mengkontruksi
pemahaman mereka, menentukan tujuan dan rencana, berpikir mendalam dan kreatif,
memantau pembelajaran mereka, memecahkan problem dunia nyata, mengembangkan
rasa percaya diri yang positif faktor emosi dan emotional, motivasi instrinsik
untuk belajar, belajar sesuai dengan level perkembangan, bekerja sama secara
efektif dengan orang lain (termasuk orang yang berbeda latar belakang),
mengevaluasi preferensi mereka, dan memenuhi standar.
Perspektif Motivasi
1. Perspektif
Behavioral
Perspektif
ini lebih menekankan pada pemberian imbalan dan hukuman eksternal. Perspektif
ini mengatakan bahwa ketika tindakan seseorang diberi stimuli positif atau
negatif (insentif) maka akan menimbulkan perilaku yang baik yang menambah
kesenangan atau minat belajar dikemudian hari atau masa depan. Stimuli positif
dapat berupa pemberian imbalan, tanda bintang/pujian, penghargaan dan bentuk
lainnya. Sedangkan stimuli negatif adalah pemberian hukuman. Dengan pemberian
insentif positif diharapkan akan menimbulkan perilaku yang positif dan
meninggalkan perilaku yang tidak baik. Dan pemberian stimuli negatif diharapkan
akan menghasilkan perilaku yang baik yang berlawanan dengan perilaku
sebelumnya.
2. Perspektif
Humanistis
Pada
perspektif ini lebih ditekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan
kepribadian, serta kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perpsektif ini
berhubungan dengan pandangan Abraham Maslow yang mengatakan bahwa kebutuhan
dasar harus terpenuhi/terpuaskan terlebih dahulu baru kemudian dapat memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi.
Abraham
Maslow juga membuat Hierarki Kebutuhan, yaitu:
• Fisiologis: lapar, haus, tidur
• Keamanan: berthana hidup, seperti
perlindungan dari perang dan kejahatan.
• Cinta dan rasa memiliki: keamanan,
kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
• Harga diri: menghargai diri sendiri
• Aktualisasi diri: realisasi potensi
diri
Menurut
maslow seseorang harus memenuhi kebutuhan fisiologisnya seperti makan sebelum
belajar sehingga dapat memaksimalkan prestasi atau proses belajar mereka.
Aktualisasi
diri maksudnya motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal
sebagai manusia. Maslow beranggapan bahwa aktualisasi diri hanya akan terpenuhi
jika kebutuhan yang dasarnya sudah terpenuhi.
3. Perspektif
Kognitif.
Menurut
perspektif ini, murid sendirilah yang memotivasi diri mereka. Termasuk dalam
motivasi internal murid dalam mencapai sesuatu atau persepsi mereka tentang apa
sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, menganggap bahwa usaha mereka menetukan
bagaimana keberhasilan mereka ke depannya). Perspektif kognitif juga menekankan
arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan, dan monitoring kemajuan menuju
suatu tujuan.
4. Perspektif
Sosial
Kebutuhan
afiliasi atau keterhubungan adalah bentuk dalam berhubungan dengan orang lain
secara aman. Keterhubungan ini memerlukan pembentukan, pemeliharaan, dan
pemulihan personal yang akrab dan hangat. Artinya seseorang harus menjalin
hubungannya terlebih dahulu dengan orang lain, kemudian menjaga hubungan
tersebut agar tetap terjaga dengan baik, serta memperbaiki hubungan yang
renggang agar tetap akrab dan terjalin harmonis.
Kebutuhan
afiliasi seseorang dapat dilihat dengan seberapa lama ia menghabiskan waktu
dengan teman sebayanya, guru, saudara, atau dengan keluarga seperti ibu, tante,
paman. Murid yang memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang disekitar
seperti disekolah tentunya akan menunjang dan memberi semangat dalam bersekolah
untuk meraih prestasi. Kebutuhan hubungan ini merupakan hal yang paling penting
dalam motivasi dan prestasi murid untuk mengetahui apakah hubungan mereka
dengan guru positif atau tidak.
Motivasi : Murid berprestasi rendah dan sulit
didekati
Di
dalam buku Santrock dikatakan bahwa salah satu aspek yang sulit dalam mengajar
adalah bagaimana membantu murid yang berprestasi rendah dan sulit didekati.
Jere Brophy (1998) mendeskripsikan strategi untuk mwningkatkan motivasi dua
jenis murid yang sulit didekati dan berprestasi rendah ini : (1) murid yang
tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk belajar,
dan (2) murid yang tidak tetarik atau terasing.
Teknologi
Seiring dengan perkembangan teknologi pembelajaran dan
pengajaran telah mengalami banyak perubahan. Penggunaan metode pengajaran yang
berbasis komputerisasi haruslah lebih diperluas lagi di sekolah-sekolah agar ia
mampu bersaing didunia globalisasi ini. Seperti penggunaan internet yang merupakan :
a. Inti dari komunitas melalui
komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung
diseluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses
murid.
b. Word Wide Web adalah sistem
pengmbilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet,
materi ini mencakup teks dan grafis.
c. Website adalah lokasi
individu atau organisasi di internet. Website menampilkan informasi yang
dimasukkan oleh individu atau organisasi
Pendidikan Multikultural
Ada
2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
1. Piaget
Piaget
berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya
pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial
yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama
terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan
lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan
siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan
kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan
proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga
terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi
(asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan
kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian
berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya.
Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan
implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan
idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan
budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan
revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
2. Vygotsky
Jalan
pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan
sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang
dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari
individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi
sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan
keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun
keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif
sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan
dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif
atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan
pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan
sosial yang aktif pula.
Menurut
Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi
antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan
anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan
berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran
sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa
mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak
ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky.
Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu
yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan
bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya.
Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut
Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Tren terbaru dalam manajemen kelas
lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin
diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid.
Publik meyakini bahwa kurangnya disiplin adalah problem utama di sekolah, namun
psikologi pendidikan telah mengubah fokusnya. Kini, yang ditekankan adalah cara
mngembangkan dan memelihara lingkungan kelas yang positif yang mendukung
pembelajaran. Ini merupakan penggunaan strategi proaktif preventif, bukan
menggunakan taktik disipliner reaktif.
Para peneliti di bidang psikologi
pendidikan senantiasa menemukan bahwa guru yang membimbing dan menata kegiatan
kelas secara kompeten jauh lebih efektif ketimbang guru yang hanya menekankan
pada disiplin.
Manajemen kelas yang efektif
memiliki dua tujuan: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk
belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan,
dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Dalam menghasilkan
manajemen kelas yang efektif , mendesain lingkungan fisik merupakan hal yang
penting dalam mendukung pembelajaran.
BAB III :
PEMBAHASAN
Orientasi
Belajar
Berdasarkan hasil observasi kami dikelas,
orientasi belajar yang diterapkan pada setiap bidang studi cenderung berbeda. Pada hasil observasi kami pada bidang studi ekonomi yang merupakan lintas minat pada kelas tersebut, orientasi belajarnya mengarah pada Learner-Centered, dimana siswa dituntut untuk aktif dalam menjawab
pertanyaan dari kelompok lain. Guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan
penjelasan kepada murid dari hasil jawaban kelompok yang menjawab. Karena,
metode pembelajaran pada bidang studi ekonomi adalah diskusi, murid tampaknya
lebih aktif mencari jawaban dan mendiskusikannya dengan temannya.
Namun pada bidang studi kimia, orientasi belajar yang diterapkan lebih mengarah pada Teacher-Centered, dimana proses belajar mengajar di dalam kelas lebih berfokus pada perencanaan dan isntruksi yang disusun dengan ketat oleh guru. Dari hasil observasi kami dikelas,
sang guru lebih berfokus pada pemberian materi dan dasar-dasar teori dengan ceramah dan latihan soal, dimana pengerjaan soal tersebut di arahkan kepada masing-masing individu tanpa adanya proses diskusi antar teman. Guru tersebut juga cenderung menjelaskan dan lebih sedikit mengarahkan pertanyaan kepada murid dalam proses belajar mengajar.
Motivasi
Dalam
tugas ini kami mendapat jawaban siswa dengan melontarkan beberapa pertanyaan
yang mengarah pada motivasi mereka dalam bersekolah, motivasi masuk pada
jurusan IPA, dan apakah pentingnya pemenuhan fisiologis dalam peningkatan
prestasi belajar. Dari hasil yang kami dapatkan beberapa siswa menyatakan bahwa
motivasi mereka mengacu pada Perspektif Kognitif.
Pertanyaan
1. Apa
tujuan mereka datang ke sekolah?
Beberapa siswa yang kami tanyai
menjawab bahwa tujuan mereka adalah ingin benar benar belajar untuk meraih
cita-cita mereka.
2. Lebih
suka mengerjakan tugas dirumah atau disekolah? Alasannya?
Siswa laki-laki menjawab lebih suka
mengerjakan tugas disekolah, alasannya karena ada teman yang bisa kerjasama
untuk mengerjakannya. Beberapa siswa perempuan juga menjawab disekolah karena
alasannya bisa berdiskusi bersama teman yang lain serta lebih seru. Ada juga
yang menjawab dirumah karena lebih konsentrasi pada tugas.
3. Menurut
teman-teman apakah sarapan sebelum berangkat sekolah itu penting? Alasannya?
Mereka menjawab sangat penting
karena kalau sudah makan maka akan lebih konsentrasi jika belajar.
4. Menurut
teman-teman bagaimana belajar yang efektif itu?
Jawaban mereka adalah belajar
dengan sistem SKS, diskusi, dan ceramah.
Alasan yang menjawab ceramah adalah
karena kalau diskusi akan membuat kelas
ribut, serta kalau diskusi guru akan lebih tepat untukmenjelaskan materinya.
Alasan yang menjawab diskusi adalah
karena bisa menambah ilmu dari ilmu yag dimiliki teman yang lain serta bisa
bertukar pikiran.
5. Misal
ada teman kamu yang belajar pada saat jam istirahat, apakah kamu ikut belajar
juga atau tidak?
Mereka serentak menjawab tidak.
6. Mengapa
memilih jurusan IPA?
Beberapa dari mereka menjawab
karena ingin mendapat pekerjaan yang lebih bagus, ingin mendapat pekerjaan
dengan cepat, suka dengan pelajaran-pelajaran IPA serta ada juga yang
mengatakan ingin masuk fakultas kedokteran disuatu universitas.
7. Misal
jika guru melontarkan pertanyaan dan memberikan hadiah bagi yang dapat
menjawabnya, apakah teman-teman semakin bersemangat untuk belajar dan mencari
tahu?
Jawaban mereka adalah tidak
bersemangat dalam artian mereka tetap bersikap seperti belajar biasa.
8. Senang
gak sih diberi tugas oleh guru?
Beberpa siswa laki-laki menjawab senang
karena bisa mengasah kemampuan dari materi yang sudah dipelajari. Siswa
perempuan juga menjawab senang karena dengan diberi tugas itu membantunya untuk
lebih tahu dimana kekurangannya dan menguji sampai dimana sebenarnya
pemahamannya.
Dari
beberapa pertanyaan inilah kami mengambil kesimpulan bahwa mereka memiliki
motivasi dalam perspektif Kognitif. Karena jawaban mereka mengarah pada
perspektif itu dengan menunjukkan keseriusan mereka saat belajar dan dalam
mencapai cita-cita. Ini juga tampak jelas saat pelajaran kimia dimulai.
Siswa-siswa serius mendengarkan penjelasan guru, mata mereka juga memperhatikan
sang guru, lebih kondusif serta lebih antusias.
Nama
Guru : C.M Simanjuntak
Sudah
mengajar selama 36 tahun
-
Motivasi guru tersebut
mengajar di Sma ini untuk mengembangkan materi yang telah dia kuasai,mengenai
mata pelajaran kimia bagi murid-murid jurusan sains
-
Metode pembelajarannya
: Ceramah, Latihan, atau kerja kelompok tergantung materi yang diberikan
-
Cara pengerjaannya :
Dijelaskan terlebih dahulu, lalu ditugaskan untuk mengerjakan beberapa soal
-
Motivasi murid-murid ,
Hanya sebagian saja yang memiliki motivasi tinggi untuk mengerti dan
mempelajari mata pelajaran kimia ini, sebagian siswa ada juga yang merasa tidak
takut akan sanksi yang diberikan kepada guru nya.
-
Proses pembelajaran
yang dikerjakan oleh anak murid tidak efektif, karena hanya beberapa siswa saja
yang aktif dan dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya. Dan murid yang
tidak mengerti dikarenakan tidak memiliki motivasi, murid yang tidask memiliki
motivasi banyak melakukan kegiatan menyimpang didalam kelas seperti bermain hp,
berkaca,ngobrol dengan temannya, dan tidak mencatat apa yang diterangkan pada
gurunya
Beberapa
siswa yang diwawancarai :
1. Igede
(10 Ipa II ) Memilih masuk ipa karena
lebih mudah mendapatkan peluang pekerjaan, igede tersebut memilih ipa karena
motivasi intrinsik dari dalam diri dia sendiri dan mendapat dukungan dari
lingkungannya.
2. Amsal (10 Ipa II ) memilih jurusan ipa
dikarenakan suka terhadap pelajaran yang berbau angka.
3. Tere
(10 Ipa II) memilih jurusan IPA karena
dia ingin masuk ke fakultas Kedokteran
Motivasi
: Murid berprestasi rendah dan sulit didekati
Setelah
kami melakukan observasi di SMA N 15 tepatnya di klas X IPA 2, terlihat
beberapa murid yang tidak tertarik dalam belajar. Hal ini dibuktikan dari murid
yang bertindak apatis dari kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Di saat guru menerangkan hanya beberapa siswa yang memerhatikan, dan selebihnya
menjauhkan diri dari pembelajaran, seperti bercanda dengan teman yang lain,
berbalas chat di smartphone bahkan tidur saat jam pelajaran berlangsung
Teknologi
Menurut hasil perbincangan kami dengan guru yang mengajar
dikelas. Penggunaan teknologi disekolah dapat membantu menunjang kelancaran
proses belajar mengajar. Sekarang penggunaan teknologi sudah dimana-mana.
Pada saat pelajaran Kimia, guru yang mengajar di kelas X
IPA 2 menggunakan laptop untuk mengurangi penggunaan kertas. Jadi saat diskusi,
pertanyaan-pertanyaan para siswa diketik dalam laptop.Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi di berbagai bidang
termasuk teknologi internet maka dunia pendidikan juga harus menyesuaikan diri
mengikuti perkembangan. Guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan, maka untuk menunjang pekerjaannya yang sekarang sudah menjadi profesi berdasarkan undang-undang
guru dandosen. Semua guru harus belajar teknologi internet dan komputer.
Karena kelas X menggunakan kurikulum 2013, sehingga belum
ada buku yang disediakan oleh sekolah untuk proses belajar. Sehingga para siswa
menggunakan HP di kelas ataupun di rumah agar membantu kelangsungan proses
belajar mengajar. Dan mempermudah para siswa mencari materi. Dan ada banyak
siswa di kelas X MIA 2 sudah mempunyai HP. Saat proses belajar berlangsung,
para siswa banyak yang menggunakan HP untuk searching pelajaran. Dan meski ada
juga yang mengguakannya untuk bermain game saat proses belajar mengajar.
“Saya
sendiri akan menyuruh mereka untuk mencari dan menyiapkan materi dengan mencari
di internet. Karena mereka kurikulum 2013, jadi mereka belum ada buku, yang ada
Cuma buku LKS dan itu harus mereka beli seharga 10 ribu. Perpustakaan juga
tidak menyediakan buku untuk kurikulum 2013. Daripada gak ada materi, mereka
cari diinternet aja”. Ujar guru yang mengajar dikelas tersebut. Dan para siswa
lebih memilih mencari tugas atau materi pelajaran di internet daripada buku.
Alasanan mereka karena meggunakan internet lebih mudahdan lengkap.
Pendidikan
dalam Sosiokultural
Dalam
penelitian kami ke SMA 15 Medan, kami mendapatkan data bahwa siswa di kelas 10
IPA 2 memilki lebih dari dua suku. Dimana itu ialah
1. Suku
Jawa terdiri dari 14 siswa
2. Suka
batak toba terdiri dari 17 siswa
3. Suku
batak karo terdiri dari 5 siswa
4. Suku
yang lainnya terdiri dari 10 siswa
Meskipun
di dalam kelas tersebut terdapat lebih dari 2 suku, namun di dalam kelas sama
sekali tidak ada perbedaan. Yang kami maksud dalam perbedaannya ini adalah
bahwa dari mereka tidak ada membentuk ‘genk’ yang hanya terdiri dari satu suku
itu saja. Mereka saling berbaur satu sama lain.
Di
dalam kelas juga kami mendapatkan data pekerjaan orang tua dari siswa kelas 10
IPA 2, yaitu
1. PNS
terdiri dari 12 siswa
2. Wiraswasta
terdiri dari 10 siswa
3. Dan
lain lain terdiri dari 26 siswa
Di
dalam kelas tentu setiap murid memiliki orang tua yang memiliki profesi yang
berbeda beda. Dan tentu saja setiap profesi menghasilkan penghasilan yang
berbeda beda juga. Karena itu pasti setiap anak akan memiliki tingkat sosial
yang berbeda. Namun setelah kami perhatikan, bahwa di dalam kelas tidak ada
tingkat social berdasarkan penghasilan orang tua. Mereka saling berteman dengan
baik. Dan mereka tidak ada mengasingkan siswa yang kurang mampu. Mereka menghormati perbedaan yang ada di
dalam kelas.
Manajemen kelas
1. Lingkungan
Fisik Kelas
Ruang kelas X IPA2 di SMA N 15 tidak terlalu luas,
sehingga untuk berlalu lalang tidak terakses dengan mudah. Fasilitas seperti
lemari kecil terletak di sebelah kiri dari dinding kelas, sebuah kipas angin di bagian belakang kelas, dan
juga ada sebuah proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas. Guru
menggunakan buku pribadi untuk memberikan materi dalam kegiatan belajar
mengajar, sedangkan murid tidak memiliki buku sebagai materi dalam belajar,
dikarenakan tidak tersedianya buku dari sekolah termasuk perpustakaan.
2. Gaya
penataan kelas
Gaya
penataan kelas X IPA2 SMA N 15 medan bergaya auditorium tradisional, dimana
semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tanpa
tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini dipakai
ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.
3. Gaya
pengajaran
Ketika pelajaran ekonomi di kelas X
IPA 2, gaya pengajaran yang dilakukan oleh guru melibatkan gaya permisif,
dimana guru memberi memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak
dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku
mereka. Sehingga respon yang dihasilkan murid
dari gaya pengajaran ini hanya sedikit murid yang memberikan perhatian
pada pelajaran, dan selebihnya lebih memilih diam (pasif) dan bermain smartphone.
Namun, guru tidak menegur siswa yang pasif. Disini dapat dilihat, bahwa guru
menggunakan gaya pengajaran permisif.
Memasuki les ke 4, yaitu pelajaran
kimia. Guru menggunakan gaya pengajaran otoritatif, berbeda dengan pelajaran
ekonomi sebelumnya. Dimana guru memberikan tugas dengan menjelaskan aturan dan
regulasi terlebih dahulu dan mereka
mandiri dalam mengerjakannya. Hasilnya adalah respon yang baik oleh siswa dan siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Teman-teman juga bisa melihat proses observasi kami di link berikut ini :) https://m.youtube.com/watch?v= cV34GGxS3qA
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa siswa memiliki motivasi
dalam belajar yang berspektif kognitif, dimana pemikiran siswa yang akan
memandu motivasi mereka dengan menunjukkan
keseriusan mereka saat belajar dan dalam mencapai cita-cita. Kita juga dapat mengetahui bahwa siswa lebih mengarah
pada motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri
dalam melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Mereka belajar untuk menambah
ilmu mereka sendiri. Peran guru dalam proses belajar mengajar pastinya sangat
berpengaruh. Motivasi dari guru merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa yang
diharapkan dapat menambah semangat
belajar pada siswa.
Motivasi
memegang peranan yang penting dalam kegiatan belajar dan mengajar. Motivasi dalam belajar diharapkan
dapat menggugah semangat belajar terutama bagi siswa yang memilki sedikit minat
dalam belajar. Semakin kuat motivasi
seseorang, maka semakin baik kualitas dari yang dilakukannya, termasuk dalam
kegiatan belajar.
Testimoni
Suci
Pratiwi : Saya
merasa observasi ini cukup bermanfaat dan menarik karena saya sedikit banyaknya
mendapatkan pengalaman baru. Hal-hal berkesan banyak kami amati dan pelajari
dari murid SMA 15. Dari cara mereka berdikusi dan menggunakan teknologi seperti
handphone saat mencari informasi yang didiskusikan
Nur
Aliya : Menghadapi anak SMA kelas X yang masih labil dan caper
memberi kesulitan kepada saya dan membuat hati nurani berbicara bagaimana
dahulu saat saya berada diposisi mereka. Gak nyangka sekarang udah jadi kakak
kakak. Yang dulunya saya yang di observasi. Sekarang giliran saya yang
mengobservasi. Dan pas observasi berlangsung, serasa kembali ke masa-masa SMA,
ikut belajar diruang kelas tersebut melihat tingkah murid-murid dikelas itu dan
saat itu ada rasa rindu masa masa SMA. Perasaan senang saat melakukan
observasi, meskipun ini bukan yang pertama kalinya berhadapan didepan anak SMA.
Kalau untuk observasi memang baru pertama kalinya tapi, rasa grogi itu tetap
ada. Observasi ini memberikan pengalaman meski kurang menyenangkan. Karena
kurang disambut ramah oleh penghuni sekolah. Tapi saya merasa senang bahwa kami
telah diizinkan untuk melakukan observasi di sekolah tersebut.
Fanny
Sofy Ariski : Tugas observasi ini lumayan sulit. Karena ini pertama kali saya
melakukan observasi. Dan pastinya ya pertama kali juga buat laporan tentang
hasil dari observasi. Waktu pengerjaannya juga tergolong sangat singkat, karena
terpotong dengan jadwal ujian anak kelas 3 SMA, sehingga waktu yang ditentukan
untuk observasi diundur sesuai jadwal sekolah. Tapi sejauh ini, tugas observasi
benar-benar menambah pengetahuan dan pengalaman baru. Jadi pernah deh observasi
sekolah
Septiana
G. D. Naibaho : Saat pertama kali dikatakan bahwa ada tugas observasi ke
sekolah rasanya ngebebani banget, karena merasa kalau yang namanya observasi
itu pasti capek bangetttt. Belum lagi nyatuin waktu sama teman yang lain,
pembagian tugasnya dan bingung nanti gimana prosesnya. Intinya pada tugas ini
butuh kekompakkan dan keseriusan. So far so goodddd!
Melsy
Yuniar Silalahi : Ketika diberi tugas
oleh dosen untuk mengobservasi rasanya campur aduk. Ada karna senang ada juga
sedihnya. Senangnya pas observasi pasti nnti bertemu orang baru dan ada pasti
punya pengalaman yang seru. Sedihnya itu, observasi berrarti harus kelompok.
Kelompok bukan hanya satu dua orang tapi 7 orang. Disini kami harus saling
bertukar pikiran, menjaga kekompakan, dan juga kami harus menguasai materi yang
harus kami observasi di dalam kelas. Dan sedihnya lagi harus buat laporan. Tapi
ya aku menikmatinya. Seru!!
Devi
Novia Sari : Selama saya melakukan observasi di SMA N 15 Medan ini, saya
mendapatkan pengalaman yang baru, yang belum pernah saya rasakan. Apalagi
berhadapan langsung dengan guru dan siswa yang akan saya observasi. Selama
observasi berlangsung saya dapat melihat perbedaan murid yang mmeperhatikan guru
dan murid yang acuh tak acuh terhadap pelajaran. Seperti nostalgia saya ketika
masa sekolah dulu. Dan karena observasi ini saya dapat belajar membedakan dan
melihat perbedaan motivasi motivasi yang ada didalam diri setiap murid murid.
Agung
Muhammad Taufiq : Menurut saya, tugas observasi tentang manajemen kelas ini
sangat menyenangkan, karena kita tidak melulu mempelajari teorinya, tetapi kita
juga bisa mengaplikasikannya langsung melalui observasi ini, sehingga pemahaman
tentang materi-materi yang selama ini diberikan menjadi lebih jelas. Ditambah
lagi sekolah yang kami observasi memberikan respon yang hangat dan mudah bekerja
sama, sehingga mempermudah kami dalam proses observasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock,J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Santrock,J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
0 komentar:
Posting Komentar