Minggu, 05 Maret 2017

BELAJAR-PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BELAJAR
            Belajar adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan,dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan itu sejak lahir,dan tidak dipelajari. Ada bebarapa pandangan tentang pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya :
I.                   Behavioral
Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Di dalam pandangan behavioral ini, ada dua pendekatan pembelajaran yaitu :
1.      Pengkondisian Klasik
Merupakan tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral diasosiasiakan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Ada dua tipe stimuli dan respon dalam  teori pengkondisian klasik Pavlov (1927) yaitu, unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu, unconditioned response (UR)adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US, conditioned stimulus (CS)adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan CR setelah diasosiasikan denganUS, dan conditioned respon (CR) adalah respon yang dipelajari terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS

Contoh dari Pengkondisian Klasik
1.      Ketika saya sedang duduk, saya merasa ada sesuatu di punggung saya, dan ketika saya lihat, ternyata itu adalah seekor kecoa. Refleks saya langsung lompat,menjerit dan saya sangat ketakutan. Ketika setelah beberapa hari ada sesuatu yang menyentuh di punggung saya , dan saya refleks melompat dan ketakutan.
Disini dapat kita ketahui bahwa Unconditioned Stimulusnya adalah seekor kecoa, dan Unconditioned Respon nya adalah perilaku melompat, menjerit dan takut. Nah sedangkan Conditioned Stimulus nya yaitu ketika ada sesuatu yang menyentuh punggung saya dan menghasilkan Conditioned Respon seperti perilaku melompat, dan ketakutan.

2.      Ketika saya sedang istirahat di dalam kamar tepat pada malam hari, sedang terjadi hujan deras dengan diringi petir.  Saat itu saya sedang asik membaca sebuah novel. Tiba tiba lampu padam dan petir tiba tiba datang dengan suara yang begitu keras. Refleks saya teriak ketakutan dan menutup kedua telinga saya. Selang berapa menit, lampu kembali hidup. Kira kira 5 menit setelah lampu hidup petir tiba tiba menyambar dan saya berteriak ketakutan dan menutup telinga.  Jadi setiap saya mendengar suara petir saya refleks berteriak dan menutup telinga saya.

3.      Pada sebuah tempat perkumpulan orang-orang yang terkena musibah bencana alam, orang-orang yang begitu melihat barang-barang bantuan (sandang dan pangan) telah tiba akan segera berlari ke posko tersebut untuk menerima atau merebut bantuan tersebut. Lalu, seterusnya pada hari-hari berikutnya mereka menyadari bahwa tak lama setelah helicopter lewat, bala bantuan akan segera sampai di posko. Jadi, mereka pun akhirnya berinisiatif ke arah posko tak lama setelah ada helicopter yang lewat.

4.      Ketika saya masih kecil, saya suka mengganggu seekor katak. Tapi,setelah saya dikencingi yang menyebabkan kulit saya menjadi gatal-gatal, saya mulai menjauhinya. Setelah beberapa saat, jika kulit saya tersentuh kulit katak ataupun tersentuh sesuatu yang bertekstur seperti kulit katak, maka saya refleks akan langsung menjauhinya.

5.      Saya adalah penyuka makanan seafood, terutama udang. Tetapi Saya pernah mual ketika saya telah memakan udang. Kemudian, untuk beberapa saat ketika saya melihat udang dan seafood lainnya, saya refleks merasakan mual kembali. Semenjak saat itu, saya tidak berani untuk memakan makanan seafood lagi.

 2.      Pengkondisian Operan

Merupakan bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.

Contoh dari Pengkondisian Operan

1.      Saya memiliki adik laki laki yang berumur 13 tahun. Saat ini adalah masa masa puber nya. Saat itu saya mendapati dia sedang bermain dengan anak anak yang seusia dengan dia. Dan mereka bermain sambil mengotori rumah. Saya geram dengan kelakuan mereka. Saya menasehati mereka, kalau bermain itu jangan mengotori rumah. Kalau mereka masih bermain sambil mengotori rumah saya tidak akan memberikan mereka kue yang saya buat sendiri. Dan besoknya mereka tidak mengotori rumah lagi. Dan tentu saja kuenya saya beri ke mereka. Dan ternyata ketika saya tidak memiliki kue untuk di berikan kepada mereka, mereka tetap tidak mengotori rumah.

2.      Seorang anak yang malas belajar, ketika ia dijanjikan oleh orangtuanya jika ia rajin belajar dan mendapatkan juara kelas, maka ia akan mendapatkan sepeda baru yang sangat diinginkannya. Maka anak tersebut belajar dengan rajin dan mendapatkan juara kelas yang akhirnya ia diberikan sepeda baru oleh orangtuanya
Anak tersebut diberikan penguat positif sehingga ia melakukan kegiatan belajar yang berulang-ulang agar mendapatkan reward sepeda baru oleh orang tuanya.

3.      Ketika SD, saya memiliki seorang guru yang biasa disebut bu Regar,orangnya sangat penyabar dan penyayang,dia selalu membujuk dan menyarankan kepada para muridnya untuk belajar dengan giat,dia memberikan motivasi yang membuat murid-muridnya jadi lebih bersemangat. Bukan hanya itu saja,setiap anak yang rajin dan pandai juga akan diberikan reward,jika kita mampu menjawab pertanyaan yang ia berikan,maka kita akan pulang lebih awal dibanding teman-teman kita yang lain,kondisi seperti ini membuat anak-anak jadi lebih bersemangat dan lebih antusias.

4.      Saya malas menulis dikelas, ketika guru mendiktikan sebuah pelajaran saya berpura pura menulis, namun hal itu diketahui oleh sang guru dan memberikan hukuman yang memalukan bagi saya, dan itu menjadikan saya malu jerah. Kemudian di lain hari ketika guru tersebut kembali mendiktikan pelajaran saya menulisnya dengan benar agar tidak di hukum kembali.

5.      Saat SD jika saya mempunyai nilai sembilan di raport. Orang tua saya akan memberikan imbalan setiap satu angka sembilan yang saya miliki dengan imbalan uang. Itu membuat saya bersemangat dan dan lebih giat dalam belajar.


II.                Kognitif

Merupakan proses belajar dimana yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku. Pendekatan ini berusaha mengubah konsepsi berpikir, meperkuat keahlian seseorang dalam menangani sesuatu,meningkatkan kontrol diri, dan mendorong refleksi diri.

Contoh Kognitif
1.      Ketika saya SMA Saya mempunyai seorang teman yang terkenal di kalangan guru dan mendapat juara paralel (juara umum). Kemudian saya, memperhatikan bagaimana cara belajar dia. Ternyata berbeda saya. Dia sering membahas-bahas soal dan karenanya dia sering menjawab pertanyaan dari guru. Saat SMA, kalau ada murid yang rajin dan bisa menjawab pertanyaan maka aada nilai plus bagi si murid. Oleh sebab itu, saya meniru cara belajar dia. Sebelumnya cara saya belajar itu adalah merangkum apa-apa saja yang dikatakan guru di kelas dan merangkum jawaban-jawaban dari pertanyaan guru. Saya pun lama kelamaan menjadi suka membahas-bahas soal, baru merangkum jawabannya dan membandingkannya dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru. Akhirnya saya pun mendapat nilai yang baik dan bisa mendapat ranking di kelas. Walaupun tidak paralel. Dan sebagian besar guru mengenal saya juga.
Dari kejadian tersebut, dapat dirasakan bahwa saya me’modelling’ teman saya. Tampak proses kognitif yang saya lakukan dalam meniru dia. Yang pertama, saya memperhatikan (attention) bagaimana cara belajarnya. Selanjutnya saya mengingat dan memahami (retention) bagimana cara dia belajar, lalu menerapkan cara belajar dia (reproduction) ke dalam diri saya. Dan yang menjadi motivasi saya adalah mendapat nilai dan dikenali oleh guru-guru saya.

2.      Ketika seorang mahasiswa di bebani begitu banyak tugas dan dia tidak dapat memanajemen waktunya dengan baik, dia akan merasa stress dan merasa bebannya sangat sulit untuk diatasi. Namun ia melihat temannya yang memiliki beban yang sama namun masih bisa bersenang senang dan tugasnya terselesaikan dengan baik. Kemudian dia berfikir untuk mengubah perilakunya, ia bersemangat dan mulai memperbaiki perilakunya. Dan sekarang ia merasa mulai membaik dengan perubahannya tersebut.

3.      Ketika seseorang mengalami penyakit parah, hari-harinya hanya dihabiskan untuk menyendiri dan meratapi diri sendiri. Namun, ia tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang memiliki penyakit yang sama parahnya dengan dirinya. Tetapi, orang tersebut terlihat berbeda, ia lebih bersemangat dan lebih berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Kemudian ia berpikir untuk mengubah perilaku nya, ia merasa bersemangat ketika melihat orang tersebut. Ia mulai melakukan hal yang sama yaitu dengan me’modeling’ perilaku orang tersebut, dari tidak meratapi diri sendiri, dan mulai berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Dan sekarang ia merasa mulai membaik dengan perubahannya tersebut.

4.      Saya memilki keponakan kecil yang berusia 3 tahun. Saat itu saya membawa dia jalan jalan keliling kota. Dan saat perjalanan terakhir kami singgah di pantai. Dan saya mengeluarkan hp saya untuk foto. Saya memfoto keponakan saya ini. Awalnya ia hanya bergerak kesana kemari. Tetapi saat ia bermain pasir, ia melihat ada segerombolan anak remaja sedang berkerumunan dan wefie. Mereka terlihat bahagia dalam wefie tersebut. Kemudian keponakan saya ini menghampiri saya dan meminta hp saya. Awalnya saya bingung dan tidak memberi hp saya. Dan saat itu dia menunjukkan gerombolan remaja tadi. Dan mengatakan poto poto. Akhirnya saya mengeluarkan hp dan berfoto. Apa yang dia lihat ketika si remaja tersebut berfoto dengan berbagai gaya dan ia meniru semua gaya berfoto mereka. Dan tiba tiba dia mengambil hp saya dan selfie sendiri sama seperti apa yang mereka lakukan.
Dari kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keponakan saya telah “memodeling” remaja tersebut. Tampak proses kognitif yang keponakan saya lakukan dalam meniru remaja itu. Yang pertama, dia memperhatikan (attention) mereka wefie ( we selfie). S lanjutnya keponakan saya mengingat dan memahami (retention) bagaiamana cara mereka bergaya, lalu menerapkan cara bergaya mereka (reproduction) ke dalam dirinya.
5.      Seorang anak kecil yang tidak bisa bermain sepeda, berniat untuk belajar naik sepeda, tapi setelah beberapa saat ia terjatuh dan mengurungkan niatnya untuk belajar naik sepeda. Keesokan harinya ia melihat temannya yang sedang asyik bermain sepeda. Setelah melihat temannya,ia berpikir untuk mencoba belajar kembali, walaupun ia jatuh, ia tetap belajar sampai ia bisa. Dan akhirnya setelah belajar, anak tersebut telah mahir bermain sepeda.


0 komentar:

Posting Komentar

 
SEPTIANA NAIBAHO Blogger Template by Ipietoon Blogger Template