Kamis, 29 Juni 2017

Resume 6 PSIKOLOGI PENDIDIKAN SETELAH UTS

BIMBINGAN KONSELING

Pengertian Bimbingan dan Konseling
      Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

Image result for bimbingan konseling

Pengertian Konseling
      Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
      Sehingga dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Tujuan Bimbingan
  1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan masyarakat
  2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
  3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan
  4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Fungsi Bimbingan
·      Fungsi Pemahaman.
Membantu konseli agar memahami potensi yang ada pada dirinya, dan lingkungannya terkait dengan pendidikan, pekerjaan, dan norma agama.
·      Fungsi Prefentif.
Membantu individu-individu mencegah atau menghindar dari permasalahan yang mungkin akan timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, menimbulkan kesulitan, ataupun kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
·      Fungsi Pengembangan.
Membantu konseli dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan kepribadiannya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.
·      Fungsi Perbaikan.
Membantu konseli atau individu sehingga dapat memperbaiki kekeliruannya dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak.
·      Fungsi Penyaluran.
Membantu konseli dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian yang lainnya.
·      Fungsi Adaptasi.
Membantu para pelaksanana pendidikan , kepala sekolah dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli.
·      Fungsi Penyesuaian.
Membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Image result for bimbingan konseling

Prinsip-prinsip Bimbingan

  1. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik bermasalah maupun tidak,
  2. Bimbingan bersifat individualisasi yang memandang setiap individu itu unik,
  3. Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
  4. Bimbingan merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerjasama,
  5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan,
  6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah.

Ragam Bimbingan Menurut Masalah
Ada tiga jenis bimbingan menurut masalahnya, yaitu bimbingan akademik, sosial pribadi, dan karir.

A.  Bimbingan Akademik
Membantu individu atau konseli dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik, seperti:
  • Pengenalan kurikulum akademik dilingkup sekolah atau perguruan tinggi
  • Pemilihan jurusan
  • Cara belajar
  • Penyelesaian tugas dan latihan
  • Pencarian dan penggunaan sumber belajar

B.  Bimbingan Sosial Pribadi
Membantu siswa dalam memecahkan masalah, seperti:
  • Hubungan sesama teman
  • Hubungan dengan guru dan staf
  • Pemahaman sifat
  • Penyesuaian dengan lingkungan dan masyarakat
  • Penyelesaian konflik

C.  Bimbingan Karir
Membantu konseli dalam hal perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah, seperti:
  • Pemahaman konseli akan jabatan dan tugas kerja
  • Pemahaman kondisi dan kemampuan diri
  • Pemahaman kondisi yang terjadi dilingkungan sekitar
  • Perencanaan dan pengembangan karir
  • Penyesuaian pekerjaan
  • Pemecahan masalah karir yang dihadapi

Resume 5 PSIKOLOGI PENDIDIKAN SETELAH UTS

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Image result for anak berkebutuhan khusus

Pengertian ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.
PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.
Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Permendiknas No. 70 tahun 2009 Pasal 3 ayat (1) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (2) Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam ayat (10 terdiri atas: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya; l. memiliki kelainan lainnya; m. tunaganda Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah.

Istilah dalam ABK
1.    Disability atau kecacatan: tidak memiliki organ tubuh  misalnya tangan, atau mungkin lumpuh pada bagian tubuh tertentu
2.  Impaiment (kerusakan): kekurangan oksigen saat lahir sehingga otak mengalami kerusakan serta menderita cerebral palsy
3.      Handicap atau ketidakmampuan: seperti anak yang buta tidak mampu melakukan perjalanan jauh.
4.      At Risk: mengalami masalah belajar dalam keaa reguler dan beresiko gagal sekolah.

Image result for anak berkebutuhan khusus

Pengelompokan anak-anak berkebutuhan khusus:
        I.      Gangguan Organ Indra (Sensory)
        Gangguan Indra ini salah satu contohnya adalah gangguan dalam  penglihatan atau pendengaran. Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen di mana angka normalnya adalah 20/20) apabila di bantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf yang besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang “buta secara edukasional” (educationally blind) tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.
Gangguan pendengaran. Anak yang menderita tuli secara lahir atau tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Jadi ada dua pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang mempunyai masalah pendengaran, yaitu pendekatan oral dan manual. Pendekatan oral menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Sedangkan, pendekatan manual dengan menggunakan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).
  II.      Gangguan Fisik
          Gangguan fisik antara lain adalah gangguan ortopedik (berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan Cerebral palsy, adalah gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Yang ketiga yaitu Gangguan kejang-kejang, jenis yang paling kerap dijumpai adalah epilepsi, yaitu gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.
  III.      Retardasi Mental
       Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit maupun cedera otak.
  IV.      Gangguan Bicara dan Bahasa
-Gangguan artikulasi: adalah problem dalam pengucapan suara secara benar.
-Gangguan suara: yaitu suara yang tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
-Gangguan kefasihan atau kelancaran bucara: kondisi ini biasanya dinamakan “gagap”, dan kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda panjang, atau berulang-ulang.
-Gangguan bahasa: yaitu kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.
~Bahasa reseptif: yaitu penerimaan dan pemahaman bahasa.
~Bahasa ekspresif: yaitu berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan berkomunikasi dengan orang lain.
  V.      Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
           ADHD adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain: (1) kurang perhatian (inattentive), yaitu sulit berkonsentrasi pada satu hal dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas; (2) hiperaktif, menujukkan level aktivitas fisik yang tinggi dan hamper selalu bergerak; dan (3) impulsive, sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa berpikir panjang.
Tanda-tanda ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah, namun sering kali baru diketahui saat usia SD. Ilmuwan belum mampu mengidentifikasi sumber penyebab di otak. Akan tetapi, ada beberapa pendapat tentang penyebabnya, seperti rendahnya level neurotransmitter (pesan kimiawi dalam otak), abnormalitas prenatal, dan abnormalitas postnatal. Hereditas juga dapat berperan, sebab 30 hingga 50 persen dari anak ADHD punya saudara atau orang tua yang mengalami gangguan serupa.
VI.     Gangguan Emosional dan Perilaku
         Gangguan perilaku dan emosional terdiri dari problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.

Bentuk dan Jenis Pendidikan Anak Luar Biasa (PALB)
·         Bentuk Pendidikan Khusus:
  • SLB (PP RI No. 27 tahun 1991) terdiri dari: - TKLB, SDLB, SLTPLB, SMLB
  • Sekolah Inklusi (UU Sisdiknas 2003)

·         Jenis Sekolah Luar Biasa (SLB):
a)      SLB A: untuk tuna netra
Persyaratan: keterangan dari dokter mata, umur sebaiknya 3-7 tahun dan tidak lebih dari 14 tahun.
b)      SLB B: untuk tuna rungu (THT)
Persyaratan: keterangan dari dokter THT, umur sebaiknya 5-11 tahun.
c)      SLB C: untuk tuna grahita (IQ 50-75), atau biasa disebut sebagai mental retradasi.  Masih bisa diajarikan akademis dan kategori modular.
C1: untuk tuna grahita IQ 25-50 (kategori modern, diajarin lebih ke keterampilan profesional seperti menjahit, membuat kerajinan tangan, dan lain-lain.
Persyaratan: keterangan IQ dari psikolog, keterangan dari sekolah terakhir dan umur sebaiknya 5,5-11 tahun.
d)     SLB D: untuk tuna daksa (cacat fisik) dengan IQ normal
D1: untuk tuna daksa dengan IQ < normal.
Persyaratan: keterangan dokter umum, ortopedi dan syaraf, keterangan psikolog, umur 3-9 tahun.
e)      SLB E: untuk tuna laras (disebut tuna perilaku)
Persyaratan: anak mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, umur antara 6-18 tahun.
f)       SLB G: Tuna Ganda (memiliki 2 atau lebih  kecacatan)

Persyaratan: Keterangan dari dokter dan psikolog.

Image result for anak berkebutuhan khusus

Resume 4 PSIKOLOGI PENDIDIKAN SETELAH UTS

       ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI


        Pendidikan, sebagai salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Selama manusia masih bernafas, selama itu pula ia masih mengalami proses pendidikan, karena pendidikan yang dimaksud disini maknanya luas, tidak hanya mencakup pendidikan yang berlangsung di lembaga-lembaga formal, tapi juga pendidikan yang terjadi di luar lembaga-lembaga atau institusi tertentu. Berbeda dengan konsep pembelajaran yang cakupannya lebih sempit. Sesuai dengan pengertiannya sendiri, pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dan murid dalam upaya transfer pengetahuan. Jadi sudah dapat dibedakan dengan sangat jelas perbedaan pendidikan dan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan di kenal dua istilah, yakni pedagogi dan andragogi.

Image result for andragogi dan pedagogi


Pengertian dan Sejarah Andragogi
        Andragogi merupakan istilah istilah baru yang popular saat ini adalah teori belajar yang cocok dan tepat untuk orang dewasa. Istilah andragogi pertama kali dikenal melalui karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa. Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A Neglected Species.
        Andragogi berasal dari bahasa Yunani, aner atau andr, yang berarti orang dewasa agogos, yang berarti mengarahkan/memimpin. Andragogi dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari si belajar, bukan kegiatan mengajar dari guru.
        Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.

Pengertian dan Sejarah Pedagogi
        Pedagogi dikenal sebagai pendidikan mendidik anak, sedangkan andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching). 

         Kata "pedagogi" berasal dari bahasa Yunani Kuno  παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di dalamnya mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat musiknya).
        Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan yang sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
        Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul “The Adult Learner, A Neglected Species” yang diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah “Andragogi” makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.


Image result for andragogi dan pedagogi


        Perbedaan mendasar antara pedagogi dan andragogi adalah dalam konteks pedagogi, pendidikan atau belajar adalah mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan dalam andragogi lebih menekankan kepada menumbuhkan dorongan dan minat untuk belajar secara mandiri.
No

Andragogi

Pedagogi

1
Pembelajar disebut “peserta didik”/ “warga didik”
Pembelajar disebut “siswa”/ “anak didik”
2
Gaya belajar independen
Gaya belajar dependen
3
Tujuan fleksibel
Tujuan ditentukan sebelumnya
4
Menggunakan metode pelatihan aktif

Metode pelatihan pasif, seperti metode ceramah.

5
Pembelajaran mempengaruhi waktu dan kecepatan
Guru mengontrol waktu dan kecepatan
6
Belajar berpusat pada masalah kehidupan nyata
Belajar berpusat padaisu atau pengetahuan teoritis
7
Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh
Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh

8
Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman dan/atau kurang informasi
9
Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting
Peserta berkontribusi sedikit pengalaman


Malcom S. Knowles secara lebih rinci menyajikan proses pedagogi untuk dibedakan dengan andragogi, berikut penjabarannya:


Proses Pedagogi
Proses Andragogi
1.     Konsep Diri
Ketergantungan
Peningkatan kemandirian
2.     Pengalaman
Berharga Kecil
Pelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar
3.     Kesiapan
Tugas perkembangan: tekanan sosial
Tugas perkembangan: peran sosial
4.     Perspektif waktu
Aplikasi ditunda
Kecepatan aplikasi
5.     Orientasi untuk belajar
Berpusat pada substansi mata pelajaran
Berpusat pada masalah
6.     Iklim belajar
Berorientasi otoritas, resmi, dan kompetitif
Mutualitas/pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi, dan informal
7.     Perencanaan
Oleh guru
Reksi (mutual) diagnosis diri
8.     Perumusan tujuan
Oleh guru
Reksa negoisasi
9.     Desain
Logika mteri pelajaran, unit konten
Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah
10.  Kegiatan
Teknik pelayanan
Teknik pengalaman (penyelidikan)
11.  Evaluasi
Oleh guru
Reksa diagnosis kebutuhan dan reksa
program pengukuran


Sabtu, 08 April 2017

Testimoni Perkuliahan


Nama: Septiana Genio Dumaris Naibaho
NIM: 161301036
Kelas: Psikologi Pendidikan (A)


Holaaa teman-temann!!!
Kali ini saya akan post Testimoni perkuliahan pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, yeayy! Nah sebelum itu saya memperkenalkan nama-nama dosen pengampunya, yaitu Ibu Fasti Rola, M.Psi, Psikolog, Ibu Dian Ulfa, M.Psi, Psikolog, Ibu Sri Supriyantini, M.Si, Psikolog,Ibu  Filia Dina A, M.Pd, Ibu Lita Hadiati, M.Pd, Psikolog, Ibu Ika Sari Dewi, M.Pd, Psikolog . Dosen-dosen pengampu pada kuliah ini sangat seru-seru dan memiliki metode yang berbeda-beda dalam penyampaian materi perkuliahan. Meskipun bobot mata kuliah ini hanya 2 SKS tapi semua dosennya mampu memaksimalkan materi hingga habis. Ada juga dosen yang memberikan reward dan hukuman ketika belajar, sehingga suasana kelas memanas untuk mendapatkan rewardnya hahaha. Namun mereka tetap tegas dalam memberikan hukuman jika mahasiswanya tidak membaca buku/materi sebelum perkuliahan dimulai, karena itu merupakan syarat utamanya. Dengan begitu semua mahasiswa berlomba membaca agar tidak kena hukuman.  Tidak hanya itu komponen penilaian mata kuliah ini juga rata alias masing-masing komponen memiliki bobot 25% yaitu untuk penilaian tugas individu, tugas kelompok, UTS dan UAS. Besar yaaa hahaha, jadi kalau tugas individunya jelek pasti nilainya langsung terancam jelek juga, waduhhh. Tapi it’s okay karena tugas yang diberikan juga tidak terlalu sulit, hanya saja terkadang saya sebagai mahasiswa kurang memahami maksud tugas yang diberikan atau ambigu. Namun, lambat laun seiring diberi asupan tugas tiap minggu sekarang semakin terbiasa.


Nah ada hal-hal yang membuat saya menyenangi dosen mata kuliah ini, karena dosennya tetap mengizinkan mahasiswa masuk meskipun telat. Senang disini saya memberi artian bahwa dosen tersebut membantu mendorong mint belajar mahasiswanya sekalipun telat masuk, karena meskipun telat tapi dosennya tidak ingin mahasiswanya tidak mendapat ilmu yang sama. Selama perkuliahan saya enjoy dengan mata kuliah ini karena memang tidak terlalu berat, hanya mendengarkan dosen pengampu menguraikan materi dan kita memberikan feedback dengan menjawab apa yang mereka tanyakan. Dosen-dosen pengampu Psikologi Pendidikan ini juga seru-seruuuu, kalau belajar suka dibuat ketawa-ketawa jadi kalau belajar makin fresh otaknya bukan makin buntu hahahah
Selain itu, dengan belajar mata kuliah Psikologi Pendidikan ini saya juga makin mengetahui seperti apa belajar yang benar dan baik, seperti apa manajemen dalam kelas, metode apa yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi, serta mengetahui sebenarnya saya belajar itu karena motivasi apa bahkan datang ke kampus itu karena dorongan nilai atau dorongan untuk mendapat ilmu.
Nahh,teman-teman itulah testimoni saya tentang perkuliahan pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kalau nanti teman-teman juga memiliki mata kuliah yang sama semoga memiliki dosen yang sama serunya yaaaa!!
Byeeeee !!!


 
SEPTIANA NAIBAHO Blogger Template by Ipietoon Blogger Template